Hatiku berseri dan berbunga-bunga setelah saya melakukan riset atas rekam jejak Bakal Calon Bupati Siprianus Habur dan Bakal Calon Bupati Lucius Modo baik melalui media sosial maupun media mainstream. Dua kata dalam judul tulisan ini menjadi kesimpulan saya atas sosok Siprianus dan Luco. Mengapa demikian?
Pertama. Siprianus Habur disebut politisi lantaran memulai karier politiknya dari Kepala Desa, anggota DPRD hingga jabatan terakhirnya Wakil Bupati Manggarai Timur (Matim). Sosok pejuang yang tak kenal lelah. Sebab tak semua orang bisa menguasai medan pertempuran politik.
Siprianus menjadi sosok yang sangat lihai dan tentu berawal dari komunikasi dialogis yang baik dan benar dengan masyarakat. Bagi Siprianus, masyarakat adalah sahabatnya. Terbukti 15 tahun menjadi wakil rakyat perwakilan Lamba Leda Selatan. Ini politisi ulung yang patut diperhitungkan.
Siprianus berhasil menjalankan demokrasi fungsional dan substansial. Dia kolaborasi keduanya. Sehingga definisi demokrasi dari rakyar, oleh rakyat dan untuk rakyat benar-benar dipraktikkan dalam konteks perpolitikan Matim.
Untuk itu tidak salah Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Ummat dan Partai Buruh mengusung anak PETANI asal kampung Kedel, Desa Watu Lanur untuk ikut berkontestasi dalam Pilkada Matim 2024 ini.
Kedua. Lucius Modo. Pria yang akrab disapa Luco ini pantas disebut pendidik. Sebab dia lahir proses yang tidak serta merta menjadi politisi di Lehong.
Dia tidak seperti nasib Siprianus yang langsung terjun ke dunia politik. Tetapi dia memulai kariernya di dunia pendidikan dengan menjadi dosen di Universitas Katolik St. Paulus Ruteng.
Bahkan pernah di tempa di sekolah calon imam Katolik hingga mencicipi Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di SMA Katolik St. Fransiskus Xaverius Ruteng. Namun panggilan hidup selibatnya berhenti di tengah jalan. Banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Hehee.
Namun, permenungan hidup Luco dirasuki panggilan hidup menjadi politisi. Hingga akhirnya dia memilih terjun untuk bertarung dalam pemilihan legislatif tingkat kabupaten. Dia pun terpilih hingga tiga periode sama seperti sahabatnya Siprianus.
Waktu 15 tahun menjadi bukti bahwa rakyat sangat percaya terhadap Siprianus dan Luco. Dan, kini keduanya bertarung dalam kontestasi Pilkada Matim. Sebuah pilihan progresif yang patut diapresiasi. Kini keduanya dalam Paket Harum. Harmonis, Unggulan dan Merata.
Perpaduan keduanya bisa mengubah stigma Matim keluar dari kemiskinan ekstrem dan terbelakang. Sebab perpaduan antara politisi murni dan politisi pendidik bisa mengatasi minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Matim.
Sebab salah satu akar kemiskinan karena rendahnya SDM. Kehadiran Siprianus dan Luco hakulyakin menjadi alternatif solusi untuk mengatasi hal tersebut. Begitu juga dengan persoalan lainnya seperti infrastruktur jalan raya.
Namun semua idealisme ini akan terwujud kalau masyarakat Matim bersatu dan memilih paket Harum pada tanggal 27 November 2024 nanti. Sebab perubahan berawal dari pilihan yang rasional demi Indonesia emas 2045 mendatang.
Seruput Energen
Robertus Marson