GOLO PAU – Sosok Siprianus Habur dan Lucius Modo layak memimpin Manggarai Timur untuk periode tahun 2024-2029 mendatang. Pasalnya, keduanya sosok yang rendah hati, sederhana dan dekat dengan rakyat.
Hal tersebut diutarakan oleh perwakilan tokoh masyarakat asal Golo Pau, Desa Golo Munga, Kecamatan Lamba Leda, Fitalis Fion (58).
“Kalau Pak Sipri dengan Pak Luko ini kami setuju betul. Mereka dua orangnya sederhana. Banyak calon pemimpin selama ini, tapi sulit akrab dengan kami. Giliran terpilih, tidak lihat kami lagi. Hanya mau ketemu sesama orang besar (pejabat-red),” tegas Fion.
Namun sosok Sipri dan Luko merupakan antitesis dari calon pemimpin sebelumnya. Sipri dan Luko bergaul tanpa sekat kepada masyarakat. Hal tersebut membuat mereka merasa simpatik dengan Sipri dan Luko.
“Artinya kalau mereka menang nanti, kita masyarakat tidak akan segan lagi untuk bergabung dengan mereka,” tegasnya.
Sejauh ini kata Fion, calon ideal yang berpotensi menang dalam Pilkada Matim adalah Sipri dan Luko. Sebab masyarakat Matim tahu rekam jejak keduanya. Terutama Sipri yang memulai karir politiknya dari Kepala Desa.
Kemudian kata Fion, kinerja Sipri sejak menjadi wakil rakyat utusan Dapil Lamba Leda Selatan benar-benar menyuarakan aspirasi dari Dapilnya sehingga perubahan pembangunan sangat memenuhi kebutuhan rakyatnya.
“Sehingga hati kami tidak akan kemana-mana walaupun diduga ada orang yang berbagi duit, kami akan tolak,” tegasnya.
Fion juga memuji sosok Sipri yang tegas dan sederhana. Dia mencontohkan ketika ketegasan Sipri terhadap kontraktor pembangunan yang bekerja tidak total.
Kemudian kesederhanaan Sipri dan Luko yang berani membaur terhadap rakyat. Berpenampilan apa adanya seperti masyarakat pada umumnya. Sejatinya, hal yang sederhana itu yang diinginkan akar rumput.
“Akrab seperti itu yang masyarakat inginkan. Artinya, dia tahu persis keadaan masyarakat,” jelasnya.
Dia pun sangat setuju dengan program infrastruktur yang menjadi program unggulan paket Harum. Dia pun menitip asanya dengan Sipri dan Luko supaya bisa mengaspalkan jalan dari Benteng Jawa hingga Satar Teu.
“Kami mengharapkan supaya jalan ini dari Benteng Jawa tembus Satar Teu supaya diperhatikan. Jangan seperti mantan bupati yang selama ini, kalau ada kunjungan di wilayah pantura, lewat Ruteng, bukan lewat Benteng Jawa-Satar Teu atau Benteng Jawa Dampek,” jelasnya.
“Kenyataan selama ini harga penghasilan kami saja satu hari naik satu hari turun. Itu karena jalan raya yang jelek, hari ini mobil jalan, besoknya rusak,” tukasnya.