Masyarakat Manggarai Timur kini didominasi oleh pemilih rasional. Tentu dalam memilih calon pemimpin pada 27 November mendatang, pilihannya merujuk pada rekam jejak setiap calon.
Rekam jejak Siprianus Habur dan Lucius Modo tak kaleng-kaleng. Terkhusus Siprianus, meskipun hanya menjabat Kepala Desa tetapi berhasil membuat gebrakan yang baik untuk desanya. Terutama dari segi infrastruktur yang membuat rakyatnya senang.
Masih banyak lagi kinerja Siprianus saat menjadi DPRD Manggarai Timur. Aspirasi dari daerah pemilihannya benar-benar tersalurkan sehingga pembangunan berkelanjutan di wilayahnya terus berkembang. Ini pemimpin yang sebenarnya.
Kini Siprianus berjuang merebut kursi Manggarai Timur satu. Siprianus dan Lucius diusung partai Golkar dan Partai Demokrat. Dua partai besar ini menjadi landasan yang kuat bagi Siprianus dan Lucius dalam bertarung.
Kolaborasi kedua partai ini adalah pilihan terbaik. Sebab, keduanya telah menguasai kementerian di bawah kendali Presiden Prabowo Subianto dalam Koalisi Merah Putih. Sebut saja Golkar delapan menteri dan Demokrat tiga menteri.
Komunikasi politik yang sebenarnya harus horisontal, bukan vertikal. Kalau horisontal berarti komunikasi antara kader partai. Nah, Siprianus adalah kader partai Golkar. Tentu, proposal dari Manggarai Timur menjadi prioritas. Begitu pula dengan Lucius dari partai Demokrat
Sementara Komunikasi vertikal selalu memakai metode birokrasi yang ketat. Di sinilah keuntungan rakyat Manggarai Timur memilih paket Harum di samping melihat rekam jejaknya.
Dalam negara yang ribet dan ruwet ini, hal ini masih berlaku. Lobi ke pusat di tengah daerah yang masih miskin ini sangat diperlukan. Sebab rakyat ingin maju, bukan tarik mundur sehingga terjatuh dalam keadaan yang selalu ekstrem.
Sebab kondisi fiskal Manggarai Timur hingga kini masih memprihatinkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh karakter Bupati yang tidak inovatif dan kreatif. Bupati yang terlalu feodal akan berpengaruh terhadap pembangunan berkelanjutan yang tidak terarah.
Salam Perubahan