LABUAN BAJO – Kepala Desa Rego, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Fransiskus Hariaman (41) membuat gebrakan demi sejahterakan masyarakatnya. Pria yang akrab Frans itu telah menyumbang 100 babi kepada warganya dari total kurang lebih 458 Kepala Keluarga (KK).
Uniknya, Frans tidak memanfaatkan Dana Desa (DD) untuk pengembangan ekonomi masyarakat desanya itu. Dia malah kucurkan dana pribadi dalam merintis usaha pengembangan ternak babi tersebut. Dia pun memelihara babi sejak tahun 2021 silam.
Pria yang dikaruniai empat orang anak itu memelihara babinya di Labuan Bajo. Persisnya di Wae Kesambi, Desa Batu Cermin. Awalnya, dia memelihara dua ekor induk babi. Pada tahun yang sama, babinya berkembangbiak menjadi 20 ekor.
Namun sebelum menikmati hasil tersebut, Frans harus meminjam lahan kosong untuk menanam pisang guna persediaan pakan ternaknya. Kerja keras tak khianati hasil, babinya laku terjual senilai Rp20 juta.
Calon Kepala Desa
Serasa tak cukup bagi Frans yang menjadi peternak. Dia pun menggerakkan hatinya untuk maju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di kampungnya.
Sebab bagi Frans, kerja keras sebagai peternak bisa dilanjutkan dalam suksesi Pilkades. Dia pun maju dengan visi dan misi serta program prioritas yang bisa meyakinkan masyarakat. Gayung bersambut, Frans pun terpilih sebagai Kades.
Salah satu program unggulannya kala itu ingin desanya sebagai desa ternak. Bahkan Frans berharap desanya menjadi sumber ternak babi untuk kebutuhan wilayah Manggarai Barat yang kini telah menjadi kota super premium itu.
Program tersebut pun mendapat sambutan positif dari masyarakat pemilihnya. Tepat pada tangggal 28 Oktober 2022, Frans resmi dilantik sebagai kepala Desa Rego yang definitif.
Pelantikan di hari Sumpah Pemuda baginya sebagai momen bersejarah. Sebab sumpah pemuda adalah moment berharga yang dapat dihayati sebagai kesempatan untuk menumbuhkan semangat patriotis sebagai putera daerah terhadap daerahnya. Selain itu kata Frans, pihaknya mampu menciptakan berbagai inovasi demi tercapainya desa sejahtera.
“Saya tertarik dan konsentrasi untuk beternak karena hasilnya sangat fantastis. bayangkan saja awalnya saya hanya miliki dua ekor induk sekarang berkembang jumlah induk yang saya pelihara berjumlah 23 ekor. Anakan babi ini saya siapkan selain untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, juga untuk dibagikan kepada masyarakat,” ujar Frans di Pantai Pede, Minggu (24/11/2024).
Omset Meningkat
Menurut Frans, usaha ternaknya mengalami peningkatan setiap tahun berikut omzetnya. Penghasilan tersebut sangat cukup untuk menutupi segala kebutuhan Keluarga dan kebutuhan pendidikan buah hatinya.
“Saya harus berjuang terus untuk kembangkan usaha ini bahkan saya harus mampu menularkan keberhasilan ini pada masyarakat saya. Masih banyak konsep yang harus saya perjuangkan ke depan yakni mewujudkan cita-cita saya menjadikan Desa ini sebagai Desa ternak,” tegasnya.
Frans mengaku, pihaknya telah gelontorkan kurang lebih Rp50 juta untuk pembuatan kandang dan biaya pembukaan lahan perkebunan jagung seluas lima hektar. Kemudian anggaran tersebut untuk pembukaan lahan perkebunan ubi kayu dan ubi jalar.
Frans berharap, babi yang telah dibagikan kepada masyarakat dapat membantu menopang prekonomian masyarakatnya. Terutama guna memenuhi kebutuhan pendidikan.
“Saya mengharapkan babi yang saya bagikan ini membantu menopang premonomian masyarakat terutama agar masyarakat bisa terbantu untuk membiayai pendidikan bagi anak mereka,” imbuhnya
Geliat Fran membangun desa ternak dan mensejahterakan masyarakat memantik reaksi positif dari sejumlah masyarakat yang ingin meniru dan menggali keberhasilannya dalam beternak babi. Banyak masyarakat yang menyanjungi kerja nyatanya. Kini masyarakat sudah tergerak untuk meniru cara Fran beternak.
Kini Frans dan masyarakatnya merumuskan Peraturan Desa (Perdes) dalam rangka menertibkan ternak. Sebab Frans sadar bahwa masyarakatnya tak sedikit telah menjadi peternak.
Upaya tersebut juga kata Frans langkah yang tepat demi mengamankan semua tanaman masyarakat yang akan disiapkan untuk pakan ternak.