REO – Pembelian mesin pompa air kelompok tani di Dusun Nanga Nae, RT004/RW 002, Kampong Baru, Desa Paralando, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (BAB).
Padahal pihak Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) saat melakukan sosialisasi dengan kelompok tani berjanji akan menyumbang mesin pompa bermerk kubota 19PK alias diesel Solar Kubota RD190 DI 2N.
Namun mesin yang diserahkan kepada masyarakat malah berbeda dari RAB yang disepakati bersama kelompok tani. Yakni mesin diamon 11PK.
Berdasarkan penelusuran media ini di lokasi, pengakuan masyarakat kelompok tani tersebut benar adanya. Proyek dengan pagu anggaran Rp112.800.000 juta itu bersumber dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi NTT tahun 2024.
Nomenklatur proyek tersebut untuk kegiatan irigasi perpompaan besar mendukung penambahan areal tanah (PAT). Alhasil, proyek tersebut kini jadi mubazir.

Ketua Kelompok Tani Yohanes Adentiro mengatakan, pihaknya sejak awal hanya menerima tanpa protes bantuan tersebut. Pasalnya, pihaknya hanya menginginkan perubahan.
“Kami hanya terima saja. Maksud kami supaya ada perubahan di dalam kelompok, cuman itu saja. Harapan kami tidak lebih dari situ,” kata Yohanes kepada Journalpost.id, Jumat (10/1/2024).
Penyerahan mesin tersebut sejak awal tak ada transparansi. Pasalnya kata Yohanes, pihaknya tidak menerima RAB. “Kami hanya menerima mesin saja. Setelah barang sampai, langsung buat rumahnya dan pangkuan mesin,” bebernya.
Anehnya, saat mesin sumbangan diserahkan ke kelompok tani oleh pihak ketiga, PPL tak ada yang berada di lokasi. “Mungkin mereka ada kegiatan,” katanya dengan nada sinis.
Pada kesempatan itu juga, seorang kelompok tani menyebut, mesin pompa tersebut berjumlah tiga buah mesin. Satu mesin untuk Desa Paralando, sementara dua mesin disumbangkan ke Desa Rura.
“Modelnya yang sama. Sepertinya di Desa Rura tidak berfungsi juga. Untuk kami di Desa Paralando ini sudah beberapa kali coba. Namun tetap juga tidak bisa dipakai,” jelasnya.
Untuk itu, Kelompok tani tersebut meminta Polres Manggarai mengusut dugaan penyelewengan anggaran (mark up) pengadaan mesin pompa tersebut. “Karena mesin ini bukan dibeli pake uang pribadi melainkan pakai uang negara,” tegasnya.
Terkait persoalan ini, media ini telah menghubungi dan mendatangi Ketua PPL, Yohanes Janarut ke rumahnya pada Jumat (10/1), namun yang bersangkutan tengah bepergian ke wilayah Manggarai Timur.
“Bapak pergi hantar anak pergi sekolah di Borong, seminari kisol dengan temannya pakai oto. Mungkin dia balik hari Minggu” kata Istri Yohanes menjelaskan.
Setelah itu, media ini juga berupaya mengkonfirmasi kepada ketua PPL Reok Barat melalui sambungan via WhatsApp namun tidak respon.