BORONG – Menanam porang adalah pekerjaan hari tuanya. Itulah aktvitas Matius Nabu, seorang pensiunan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) asal kampung Wae Lawas, Desa Golo Mangung, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Kebun porang Matius berjumlah satu hektar. Dia telah menanam Amorphophallus muelleri ini sejak tahun 2019 silam. Kala itu, tanaman tersebut sangat viral dan menjadi tanaman yang digadang-gadang untuk diekspor ke negara Jepang dan China.
Berkat informasi tersebut, Matius mulai menanam di kebun peninggalan orangtuanya. Tiga tahun kemudian, pria kelahiran tahun 1963 silam itu mulai panen porang tersebut.
Namun harga porang malah turun, tak seperti propaganda awal yang dihargai ratusan ribu per kilogram. Akan tetapi Matius tidak putus asa. Sebab, bagi pria yang mempunyai enam orang anak itu, setiap kerja keras, pasti tak mengkhianati hasil.
Kini, porang tersebut terus bertambah. Kata Matius, merawat porang tidaklah mudah. Sebab harus dibersihkan secara berkala dan dipupuk secara rutin. Serta membasmi gulma yang merusak porang tersebut.
“Harus dibersihkan secara berkala. Supaya bisa tertumbuh secara sehat. Kalau banyak gulma maka porang bisa kerdil dan umbinya tidak besar,” kata Matius.
Matius pun menyambut baik rencana gubernur NTT terpilih, Melki Laka Lena yang akan membangun pabrik porang di Manggarai Timur.
“Semoga porang saya bisa jadi porang oleh Gubernur nanti. Paling tidak ada sumbang pupuk dari pemerintah,” katanya sembari tertawa.
Anak dari pasangan Makarius Mawa (Alm.) dan Bibiana Desa (Alm.) ini mengusulkan kepada pemerintah supaya fokus mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan. Namun harus diimbangi dengan harga yang setara dengan kerja keras para petani.
“Sektor pertanian dan perkebunan harus prioritas. Masyarakat kita secara data lebih banyak petani daripada kerja pabrikan. Karena itu, pemerintah harus jemput bola dengan membuat program sesuai dengan kondisi masyarakat,” tukasnya.