RUTENG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Manggarai akan memeriksa keberadaan pasien bernama Remian Diul (45) di kampung Ting, Desa Satar Ngkeling, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal tersebut diutarakan Kepala Dinkes Manggarai, drg. Bertolomeus Hermapon kepada Journalpost.id, Senin (17/2/2025). “Nanti kami check,” ujar pria yang akrab disapa Tomi itu.
Menurut Tomi, pihak rumah sakit dari Puskesmas Bangka Kenda telah melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut. Bahkan kata Tomi, pasien tersebut memiliki kartu BPJS.
“Teman-teman dari Puskesmas Bangka Kenda pernah periksa dia. (Dia) ada BPJS. Cuma mungkin keluarga mesti ada inisiatif untuk rujuk ke RSUD (Ben Mboi-res),” katanya.
Diberitakan, Diul terbaring lemah di rumahnya di kampung Ting, Desa Satar Ngkeling, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Istri dari Herman Hasu ini menderita luka di kedua dadanya. Baik dada kiri maupun dada kanan. Kata Herman, istrinya menderita penyakit tersebut sejak bulan Mei 2024 silam.
Awalnya kata Herman, tumbuh benjolan di area payudaranya. Setelah itu, timbul lagi yang lainnya di area ketiak. Enam bulan kemudian, persisnya bulan Oktober benjolan tersebut mulai pecah.
Kata Herman, penyakit tersebut tumbuh saat istrinya tengah hamil. Sejak sang anak berusia sembilan bulan, benjolan tersebut mulai pecah. Sejak saat itu, luka makin membesar dan parah.
“Selama ini mulai serang terus dan lukanya semakin membesar,” kata Herman dengan nada sendu sembari menatap istrinya kepada Journalpost.id, Jumat (14/2/2025).
Istrinya pun hingga saat ini kata Herman belum dibawa ke rumah sakit. Sehingga pihaknya belum mengetahui penyakit yang diderita sang istri.
Herman beralasan, pihaknya tidak mempunyai biaya untuk membawa kekasih hatinya ke rumah sakit. Apalagi Herman hanya pekerja serabutan yang penghasilannya tidak menentu.
“Saya petani biasa. Kalau cari uang untuk beli beras, saya harian tebas rumput di kebun orang dan juga harian buruh bangunan jika ada yang membutuhkan tenaga saya. Tetapi itu tidak sesering,” katanya sembari meneteskan air mata..
Herman dan Diul memiliki enam orang anak. Dua perempuan dan empat laki-laki. Anak pertama sudah lulus sekolah menengah atas (SMA), kemudian anak kedua bekerja. Lalu anak ketiga tengah SMA dan keempat masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
“kelima masih kecil dan belum sekolah. Sedangkan yang bungsu masih balita,” tukasnya.
Herman pun berharap adanya bantuan dari pemerintah supaya istrinya bisa mendapat pengobatan.