RUTENG – Remian Diul (45) kini tak berdaya. Dia tak lagi bisa beraktivitas bersama sang suaminya ke kebun hingga melayani anak-anaknya yang masih kecil.
Diul kini terbaring lemah di rumahnya di kampung Ting, Desa Satar Ngkeling, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Istri dari Herman Hasu ini menderita luka di dada kirinya. Kata Herman, istrinya menderita penyakit tersebut sejak bulan Mei 2024 silam.
Awalnya kata Herman, tumbuh benjolan di area payudaranya. Setelah itu, timbul lagi yang lainnya di area ketiak. Enam bulan kemudian, persisnya bulan Oktober benjolan tersebut mulai pecah.
Kata Herman, penyakit tersebut tumbuh saat istrinya tengah hamil. Sejak sang anak berusia sembilan bulan, benjolan tersebut mulai pecah. Sejak saat itu, luka makin membesar dan parah.

“Selama ini mulai serang terus dan lukanya semakin membesar,” kata Herman dengan nada sendu sembari menatap istrinya kepada Journalpost.id, Jumat (14/2/2025).
Istrinya pun hingga saat ini kata Herman belum dibawa ke rumah sakit. Sehingga pihaknya belum mengetahui penyakit yang diderita sang istri.
Herman beralasan, pihaknya tidak mempunyai biaya untuk membawa kekasih hatinya ke rumah sakit. Apalagi Herman hanya pekerja serabutan yang penghasilannya tidak menentu.
“Saya petani biasa. Kalau cari uang untuk beli beras, saya harian tebas rumput di kebun orang dan juga harian buruh bangunan jika ada yang membutuhkan tenaga saya. Tetapi itu tidak sesering,” katanya sembari meneteskan air mata..
Herman dan Diul memiliki enam orang anak. Dua perempuan dan empat laki-laki. Anak pertama sudah lulus sekolah menengah atas (SMA), kemudian anak kedua bekerja. Lalu anak ketiga tengah SMA dan keempat masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
“kelima masih kecil dan belum sekolah. Sedangkan yang bungsu masih balita,” tukasnya.
Herman pun berharap adanya bantuan dari pemerintah supaya istrinya bisa mendapat pengobatan.